Kapan menikah??

Menikah? Hmm terdengar sangat agresif bagi usia 20an bukan?
Saat ini menikah seperti ajang trand yang menggemaskan. pertanyaan "kapan nyusul? Atau kamu kapan menikah?" Selalu terucap ketika kita berjumpa dengan kawan lama, sanak saudara atau sekedar lewat sosial media. Seolah-olah orang yang menanyakan benar-benar mengkhawatirkan kepada yang ditanya. Sebenarnya bukan hal baru perihal pertanyaan ini. 
Yang menjadi masalah adalah karena bukan hal baru sehingga bagi penulis cukup bosan di dengar.
Pertanyaan nya memang simpel dan yang menjawab juga bisa se simple yang menanyakan, tetapi mengapa harus soal menikah yang di gembor-gemborkan alih alih sebagai pembahasan ajang silaturahmi.

Bagi penulis menikah bukan ajang tontonan atau trending yang harus di segerakan mengikuti jejak kawan. Menikah itu soal kesiapan. kesiapan fisik, mental hingga finansial. Nyatanya saat ini menikah seperti dijadikan ajang siapa cepat dia hebat.
padahal bukan itu intisarinya. 
menikah memang tidak susah, syarat mudah dan tidak harus mewah tapi menikah itu sakral amat sangat sakral. Menikah bukan sekedar soal hidup berdua dengan pasangan lalu meluapkan hasrat dan memiliki anak, menikah lebih dari itu, menikah perihal sisa usia untuk kehidupan selanjutnya hingga ujung nyawa. Bahkan ada yang mengatakan menikah hingga dikehidupan setelah kematian.

Menikah itu wajib bagi yg sudah mampu jasmani dan rohani, akal dan hati bahkan juga materi. Tapi bisa juga Sunnah, makruh bahkan haram. Rasanya tidak perlu mengejar pahala sebegitu nya hingga melupakan dampaknya. Banyak cara lain untuk mencari
pahala. 

Menikah saat ini seolah-olah menjadi perlombaan dan trand belaka, siapa yang lebih dahulu dia akan disoraki, dan penonton tidak akan mengetahui bumbu-bumbu didalam perlombaan itu, namun saat itu berakhir, penonton pergi. ~

Terkhusus perempuan yang kebanyakan mengalami pertanyaan" tadi. Ini masih soal menikah, belum lagi setelah itu akan ada pertanyaan "kapan isi? Udah hamil belum?atau parahnya, kok nggak juga hamil?" Daan masih banyak pertanyaan lainnya yang tanpa kita sadari hal seperti ini bisa mengungkung si yang ditanya kedalam kegelisahan. Bagaimana tidak? Hidup terasa harus mengikuti apa yang di katakan orang dan apa yang ditanyakan orang. Padahal definisi hidup bahagia adalah dimana manusia bisa menjalani hidup tanpa tekanan, sesuai dengan keinginan juga kemampuan.

Untuk perempuan diluar sana, jangan gelisah, masih banyak waktu untuk mengeksplorasi diri di usia muda, istilah perawan tua hanya konstruk yang dibentuk sosial dari ucapan per-orangan. Matangkan lah diri sebelum menikah salah satunya secara finansial. 

secara finansial saja belum bisa memenuhi kebutuhan pribadi lalu menikah dengan bergantung kepada laki-laki akhirnya kembali lagi kepada marginalisasi. Itu memang tidak sepenuhnya salah, tapi kita bisa mengaca kepada realita bahwa Keengganan untuk tidak bergantung secara finansial kepada laki-laki bukan karena ego atau prestise semata, tapi karna menyadari bahwa ada ketidakbahagiaan saat pemenuhan diri yang tidak dapat dicapai secara mandiri.

Ada banyak keluarga yang menerapkan rumah tangga patriarki dimana menempatkan perempuan bergantung finansial kepada laki". Tidak jarang Karena kebutuhan material perempuan terpenuhi maka dia membiarkan pasangannya tidur dgn perempuan lain bahkan membiarkan dia memiliki istri lagi. Karena jika perempuan melarang maka yang terjadi perceraian. Tentunya perceraian bukan hal yang di  inginkan tiap perempuan yang tergantung finansial terhadap laki-laki bukan? 

Dan satu lagi, Sebagian orang bahkan penulis sendiri perlu mengenal calon pasangan hidup. Misalnya, dengan menghabiskan waktu bersama sambil berjalan-jalan,makan bersama, mengunjungi tempat bersejarah, serta berbicara tentang sudut pandang ekonomi, politik, sejarah, budaya, hoby,film,buku dan masih banyak yg lainnya.

Kenapa begitu? karena kita akan menghabiskan waktu sisa hidup dengan seseorang. isinya pun bukan hanya aktivitas seks belaka. Tetapi Mengasah intelektualitas secara bersama itu penting apalagi untuk generasi selanjutnya, makanya sebagian orang merasa harus memilih bukan dipilih.

Pantun dari penulis:
Sayur lodeh nangka muda
Masaknya pakai santan karah
Mumpung nih kita masih muda
Yuk ukir masa depan yang Cerah

Salam~

Comments

Post a Comment

Komentar apa aja yang masuk akal okeh

Popular Posts