BROKEN HOME




broken di ambil dari kata break dalam bahasa Inggris yang artinya patah, retak, hancur. Sedangkan home artinya rumah, sinonim dari arti family atau keluarga dan kampung halaman (tempat tinggal).

Dari situ bisa dianalogikan bahwa Istilah broken home adalah kondisi dimana keluarga mengalami perpecahan atau adanya kesenjangan dalam rumah tangga. Entah itu berawal dari cekcok kedua orang tua, perselingkuhan, bahkan perkelahian yang berakibat putusnya tali keluarga atau perceraian.
Keluarga adalah rumah yang sesungguhnya yang tidak dapat dipisahkan oleh setiap individu. Setiap individu yang dilahirkan pasti memiliki impian keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis, keluarga yang bahagia.

Membahas broken home cukup panjang dan tidak mudah di uraikan. karena setiap permasalahan broken home ada penyebab yang terkadang anak tidak perlu mengetahui itu. Syukur sekali jika anak mudah mengontrol emosional nya sehingga apa yang dia saksikan, apa yang dia terima, apa yang dia jalani bisa ter olah dengan baik. Lalu bagaimana dengan anak yang tidak demikian?. Maka akan lebih baik jika setiap permasalahan broken home biarkan itu menjadi urusan dapur antara yang bersangkutan.
melihat fakta yang sudah ada, ketika anak mengetahui satu permasalahnya, kebanyakan yang terjadi anak akan memihak kepada salah satunya saja. Padahal permasalahan broken home bisa jadi penyebabnya bukan hanya satu juga bukan hanya sekali. Ketika anak sudah memihak hanya kepada salah satu maka dipastikan kondisi keluarga akan semakin fatal. Pasalnya orang tua akan memberikan dan memaksimalkan sesuai kemampuannya untuk yang terbaik kepada anaknya, namun bayangkan jika broken home terjadi dan anak memihak kepada salah satunya? Justru hal ini yang akan memperkeruh keadaan.
Ini mungkin ada sedikit kaitannya dengan tulisan sebelumnya berjudul "kapan menikah" https://inayahwardiyah.blogspot.com/2020/04/kapan-menikah.html?m=1

Mendengar kata broken home, kebanyakan yang ada dipikiran manusia (entah dirinya sendiri atau orang lain) biasanya di kaitkan dengan "menyedihkan, korban kekerasan, kesepian,kurang kasih sayang" dan berbagai macam labeling kurang bagus lainnya. Stereotip seperti ini yang akhirnya menjadikan pemakluman ketika anak broken home tidak tumbuh dengan baik karena alasan utamanya tidak tumbuh dengan cinta dan kasih sayang orang tua.

Perlu di garis bawahi, keluarga yang broken home tidak selalu menyedihkan. Bisa jadi adanya perpisahan menjadi pintu kebahagiaan yang baru. Sejauh ini tolak ukur kesempurnaan keluarga adalah yang tidak adanya perpisahan/perceraian. Coba bayangkan jika mereka terus memaksakan bersama. Jelas yang ada perkelahian terus terjadi, yang parahnya lagi bisa membuat emosional anak kosong karena menjadi saksi pertengkaran setiap hari di dalam satu rumah yang isinya sudut pandang berbeda atau persepsi yang tidak bisa di satukan.

Penulis ingin mengajak pembaca untuk menilai anak dari produk broken home tidak selalu Se-kacau itu. Status pernikahan tidak menjamin keluarga itu tidak sedang broken home. Usia dan status pernikahan menjadi mubadzir ketika tidak bisa menghadirkan rasa nyaman, damai,cinta untuk seluruh anggota keluarga.

Sedikit pesan untuk pembaca yang berada di kondisi broken home atau yang sudah melaluinya. 
Jangan kecilkan jiwa kalian dengan kata adanya broken home, buktikan bahwa stereotip buruk orang mengenai broken home itu salah adanya, penulis yakin pembaca disini sudah cukup usia untuk bisa menganalisis apa yang terjadi. Tidak menelan mentah-mentah suatu kejadian dan bisa mengolah emosional dengan baik. Emosional bukan soal emosi semata, emosional adalah bagaimana emosi saat sedih, senang, empati, Sempati bisa dikelola. Tuhan memberikan jalan seperti ini menandakan kalian adalah jiwa-jiwa terpilih yang harusnya kuat, tidak membebankan diri kepada permasalahan yang tidak ada kaitannya dengan kalian. Dan jangan salahkan diri kalian. Peyebab broken home biarkan menjadi urusan yang bersangkutan, tetap jalani tugas sebagai anak yaitu menghormati keduanya, berbakti keduanya. Karena meski orang tua berpisah ridlo anak tetaplah ada di mereka

Karena sejatinya broken home itu rumah tanpa cinta bukan rumah tanpa orang tua :)

Salam~

Comments

Post a Comment

Komentar apa aja yang masuk akal okeh

Popular Posts